metroikn, Bogor – Dua area wilayah konservasi yang dikelola Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) turut terdampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Peristiwa karhutla yang terjadi dalam kurun waktu sebulan terakhir itu menghanguskan total 50 hektare rawa gambut di area konservasi BOS Mawas di Kapuas.
Upaya penanggulangan oleh tim pemadam internal BOS bersama unsur terkait dan warga setempat menghadapi kendala belum memadainya akses menuju titik api. Apalagi, lokasi tersebut berada di kedalaman kubah gambut yang mengering karena faktor iklim dan fenomena El Nino saat ini, sehingga api dengan cepat meluas.
“Membutuhkan waktu hampir seminggu untuk memastikan bahwa api telah padam,” kata CEO Yayasan BOS Jamartin Sihite melalui keterangan tertulis, Selasa (12/9/2023).
Mengamati karhutla yang terjadi pada musim panas tahun ini, Jamartin menilai, perlunya tindakan segera dan kolaboratif untuk penanggulangan dan pencegahan guna menghindari dampak lebih buruk. Terlebih wilayah konservasi Yayasan BOS di Kalimantan terletak di bekas area Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PLG) dengan luasan sejuta hektare gambut dan rawa tanaman pangan yang sangat rawan kebakaran dan kaya karbon.
Untuk itu, Yayasan BOS secara rutin menggelar pelatihan penanggulangan karhutla, pemantauan, membentuk dan melatih kelompok pemadam kebakaran serta membangun sumur sebagai tempat penampungan air. Guna memaksimalkan mitigasi, BOS juga memastikan bahwa infrastruktur pemadam kebakaran dan sumur dapat diakses di lokasi-lokasi rawan.
“Menjelang musim kemarau, Yayasan BOS melakukan beberapa tindakan preventif untuk mengurangi dampak kebakaran hutan. Bersama dengan mitra internasional, kami telah melakukan pembasahan lahan, serta membangun sumur serta “beje” (kolam). Juga bekerja bersama dengan masyarakat sekitar untuk meningkatkan kepedulian akan pencegahan kebakaran,” jelasnya.
Langkah-langkah preventif tadi, kata Jamartin, juga melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan mitra.
“Hanya melalui kolaborasi yang kuat dan komitmen terhadap praktik-praktik berkelanjutan, maka dampak negatif kebakaran hutan di Kalimantan dapat dikurangi atau dihindari sepenuhnya,” pesannya.
Dampak karhutla di Mawas, Kalteng bukan pertama dihadapi Yayasan BOS. Pada 2015 lalu, kebakaran 2 juta hektar lahan di Kalimantan, bukan hanya memicu asap beracun sehingga menyebabkan masalah pernapasan. Namun juga menghancurkan habitat spesies flora dan fauna yang tak terhitung jumlahnya, termasuk orangutan.
Berkaca dari peristiwa itu, pada November 2015 hingga Februari 2017, Yayasan BOS merelokasi orangutan liar ke hutan yang lebih aman.
(yap/*)