metroikn, SAMARINDA – Wakil Gubernur Kalimantan Timur (Wagub Kaltim), Seno Aji, menegaskan pentingnya upaya serius dalam mengembalikan kejayaan mangrove di Bumi Etam. Hal ini ia sampaikan dalam Talkshow Hari Mangrove Sedunia di Pendopo Odah Etam, Kompleks Kantor Gubernur Kaltim, Selasa (26/8/2025).
Menurutnya, deforestasi mangrove di Kaltim sebagian besar dipicu oleh pembukaan lahan tambak, yang banyak di antaranya kemudian ditelantarkan hingga berubah menjadi semak mangrove.
Selain itu, keberadaan pemukiman, jaringan transportasi sungai dan darat, pelabuhan, hingga aktivitas hilirisasi industri juga mempercepat berkurangnya kawasan mangrove.
“Deforestasi mangrove sangat erat kaitannya dengan pemukiman dan transportasi. Hilirisasi industri juga memberi pengaruh terhadap berkurangnya tanaman mangrove,” jelas Seno Aji.
Data tahun 2024 mencatat, luas mangrove eksisting di Kaltim mencapai 176.784 hektare. Namun, kerusakan paling parah tercatat di Delta Mahakam, Kutai Kartanegara (Kukar). Dalam rentang 1994–2004 deforestasi di Kukar mencapai 50.115 hektare, kemudian berkurang menjadi 9.974 hektare pada 2004–2014, dan 3.030 hektare pada 2014–2024.
Sebagai langkah pemulihan, Pemprov Kaltim membentuk Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD) melalui program Jospol Mangrove. Kelompok ini melibatkan pemerintah, LSM penggiat lingkungan, hingga perusahaan swasta, dengan tugas melindungi dan mengelola ekosistem mangrove secara berkelanjutan.
“Mangrove harus dikembalikan fungsinya. Pertama, karena memiliki cadangan karbon yang sangat besar dibanding tumbuhan daratan. Kedua, karena potensinya untuk wisata dan budaya di Kaltim,” tutur Seno Aji.
Program pemulihan akan diprioritaskan di Delta Mahakam, namun juga menyasar daerah lain seperti Berau, Kutai Timur, Penajam Paser Utara, dan Paser.
“Prinsip KKMD, adalah menyelaraskan pemulihan ekosistem mangrove dengan keberlanjutan ekonomi masyarakat, khususnya pelaku tambak,” pungkasnya.