Inflasi PPU Tembus 0,88 persen di Juli 2025, Tekanan Harga Didominasi Komoditas Pangan

metroikn, PENAJAM – Berbeda dengan Balikpapan yang mengalami deflasi tipis, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) justru mencatat inflasi sebesar 0,88 persen (mtm) pada Juli 2025. Badan Pusat Statistik melaporkan, secara tahun kalender (Januari–Juli) inflasi PPU mencapai 2,73 persen (ytd), sementara secara tahunan (yoy) berada di 3,26 persen—lebih tinggi dari inflasi nasional (2,37 persen) maupun rata-rata empat kota di Kaltim (2,08 persen).

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama kenaikan harga dengan andil 0,82 persen. Komoditas yang paling berperan antara lain tomat, cabai rawit, semangka, daging ayam ras, dan beras. Kenaikan harga tomat dipicu terbatasnya produksi akibat hujan yang berkepanjangan, diikuti cabai rawit yang terdampak pasokan minim dari Sulawesi dan Jawa Timur karena kemarau basah memicu serangan penyakit tanaman. Beras naik karena pasokan dari daerah produsen berkurang, sementara harga semangka melonjak akibat stok menipis. Daging ayam ras ikut terdorong naik karena permintaan meningkat di tengah keterbatasan pasokan ayam beku dari Jawa.

Di sisi lain, sejumlah komoditas mengalami penurunan harga dan menekan laju inflasi, di antaranya ikan layang/benggol, sawi hijau, buncis, kangkung, dan ketimun. Penurunan harga ikan layang terjadi karena masuknya musim ikan pelagis yang membuat stok melimpah. Penurunan harga sayuran hijau dipicu kelancaran distribusi dan meningkatnya produksi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, mengatakan bahwa tren inflasi di PPU perlu diwaspadai, terutama dari komoditas pangan strategis. “Hujan yang masih berlanjut di sentra produksi dan potensi gelombang laut tinggi bisa mengganggu pasokan, khususnya untuk produk hortikultura dan perikanan. Ini risiko yang harus kita antisipasi bersama,” ujarnya.

Survei Konsumen Bank Indonesia di Balikpapan pada Juli 2025 menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen berada di level 134,5, sedikit menurun dari 137,3 pada bulan sebelumnya namun masih berada di zona optimis. Optimisme tersebut tercermin dari keyakinan terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi ke depan yang sama-sama berada di atas 100 poin.

Robi menegaskan, BI bersama pemerintah daerah dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan memperkuat koordinasi untuk menjaga stabilitas harga. “Langkah yang kita lakukan meliputi pemantauan harga harian, operasi pasar, gelar pangan murah, hingga mendorong kerja sama antar daerah. Semua ini diarahkan agar inflasi tetap dalam sasaran 2,5 persen ±1 persen,” katanya.