metroikn, PENAJAM – Senada dengan Kota Balikpapan, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) pada Agustus 2024 juga tercatat deflasi, hanya saja gradasinya lebih tinggi dibanding Kota Balikpapan yaitu sebesar 0,52 (mtm).
Namun demikian, tingkat deflasi PPU tersebut mengalami penurunan deflasi dari Juli yang sebesar 1,08 persen (mtm). Secara bulanan, ini adalah bulan ketiga Kab. PPU mengalami deflasi sejak bulan Juni. Sementara secara tahunan, inflasi IHK PPU adalah sebesar 1,37 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (2,12 persen yoy) dan inflasi gabungan 4 Kota di Provinsi Kalimantan Timur (2,13 persen yoy).
“Penyumbang terbesar deflasi secara mtm di Kab. PPU terutama bersumber dari Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau dengan andil sebesar -0,57 persen(mtm). Berdasarkan komoditas, penyumbang deflasi tertingginya yaitu tomat, ikan layang, daging ayam ras, bawang merah, dan semangka,” ungkap Deputi Direktur Kepala Perwakilan Bang Indonesia (BI) Balikpapan, Robi Ariadi dalam rilis resminya Senin (2/9/2024).
Lanjutnya, untuk komoditas tomat, bawang merah dan semangka terdapat penurunan harga dikarenakan pasokan yang melimpah karena masuknya musim panen di beberapa wilayah produsen. Selanjutnya, penurunan harga daging ayam ras terjadi karena pasokan meningkat akibat mulai normalnya distribusi dan permintaan yang relatif menurun dibanding bulan sebelumnya.
“Deflasi yang terjadi di PPU juga salah satunya tidak terlepas dari sinergi yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan dan PPU dalam mendorong berbagai bauran kebijakan termasuk sinergi dengan berbagai instansi, termasuk Bank Indonesia,” ucap Robi.
Deflasi yang terjadi ketiga kalinya di PPU tidak lantas mencerminkan penurunan aktifitas ekonomi. Merujuk survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Balikpapan pada Agustus 2024, level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini mengalami peningkatan dibandingkan bulan Juli 2024. Peningkatan tersebut didorong oleh penguatan optimisme konsumen terhadap penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja.
“Namun demikian, ke depan, inflasi daerah perlu terus diwaspadai seiring peningkatan curah hujan yang berpotensi menyebabkan banjir sehingga mendisrupsi ketersediaan pasokan pangan. Selain itu, kenaikan harga avtur di level nasional juga menjadi salah satu determinan dinamika tarif angkutan udara yang akan memengaruhi inflasi di sektor transportasi,” pungkas Robi.