Wujudkan Destinasi Wisata Reliji, Pemkab Kukar Tata Ulang Kompleks Makam Habib Tunggang Parangan

metroikn, Tenggarong – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) berencana memugar kompleks makam Habib Hasim bin Musaiyah atau dikenal Habib Tunggang Parangan di Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana.

Menurut Camat Anggana, Rendra Abadi, pemugaran makam ini salah satunya bertujuan untuk menjadikan Desa Kutai Lama sebagai destinasi wisata budaya, religi, maupun sejarah.

Realisasi pemugaran makam Habib Tunggang Parangan merupakan kolaborasi pemerintah daerah bersama pelaku usaha di Kabupaten Kukar. Anggaran sebesar Rp 1 miliar dipersiapkan untuk pemugaran.

“Kutai Lama itu komplit, karena 3 item (wisata religi, sejarah, dan budaya) ada semua,” kata Rendra, Senin (23/10/2023).

Pemugaran kompleks makam juga sebagai upaya penyediaan fasilitas, sarana dan prasana yang lebih nyaman bagi para peziarah.

Nantinya, kompleks makam juga dilengkapi dengan area parkir kendaraan roda dua dan empat yang lebih luas. Di samping itu, di sekitar area kompleks makam juga dibangun masjid sebagai tempat beribadah bagi peziarah.

Rendra mengakui, tingkat kunjungan ke makam Habib Hasim cukup tinggi setiap bulannya. Dalam setahun, makam ini diziarahi ribuan orang yang datang dari berbagai daerah.

“Pada hari-hari besar Islam itu pasti ramai, puncaknya waktu Haul,” pungkasnya.

Sebagai informasi, Habib Tunggang Parangan memiliki peranan besar dalam mensyiarkan agama Islam di Kalimantan Timur (Kaltim), khususnya di wilayah Kerajaan Kutai pada masa pemerintahan Raja Aji Mahkota.

Dalam salah satu versi sejarah, Tunggang Parangan yang bergelar Si Janggut Merah bersama Datuk Ribandang adalah tokoh penyebar agama Islam pertama di Kerajaan Kutai pada masa pemerintahan Raja Aji Mahkota (1525-1589). Kemudian berlanjut pada era Sultan Aji Dilanggar dari tahun 1589 hingga 1605.

Dalam dakwah, Tuan Tunggang Parangan bersama Sultan Aji Dilanggar atau Aji Gendung gelar Meruhum Aji Mandaraya, penyebaran Islam semakin pesat hingga rakyat Kutai memeluk agama Islam.

Selanjutnya, cucu Raja Mahkota yakni Aji Ki Jipati Jayaperana gelar Pangeran Sinum Panji Mendapa menyebarluaskan ajaran pengaruh Islam dan menaklukkan kerajaan Hindu Martapura.

Dalam versi sejarah yang lain, sebelum kedatangan Tuan Habib Tunggang Parangan, saudagar Arab, Sayyid Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar al-Marzak yang juga seorang ulama dari Minangkabau, pernah berusaha menyiarkan Islam di kerajaan Kutai.

Namun, kala itu, Sayyid Muhammad belum berhasil meyakinkan Raja Mahkota yang masih memerintah Kesultanan Kutai untuk memeluk Islam. (adv/diskominfokukar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *