Punya Pengurus Baru, HKTI Kaltim Nyatakan Sikap Siap Sukseskan Program Asta Cita Presiden Prabowo

metroikn, SAMARINDA – Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kaltim selama ini telah banyak membantu para petani dalam ketersediaan pupuk, bibit, hingga sumber daya air dan jalan usaha. Ini dilakukan agar petani bisa meningkatkan produksi pertanian mereka.

Dan tahun ini, HKTI Kaltim telah memiliki kepengurusan baru dengan nakhoda Rusianto sebagai ketua HKTI Kaltim. Rusianto pun dalam amanahnya, siap membawa HKTI Kaltim ke arah lebih cerah. Mengingat secara struktur, HKTI Kaltim memiliki pengurus dari latar belakang yang berbeda.

Seperti Dewan penasihat dari para kepala daerah, unsur dewan dan pakar peneliti dari akademisi, para praktisi serta para petani yang lebih banyak yang nantinya akan berkolaborasi bersama pemerintah. Ditambah keterlibatan media dalam mewujudkan program pemerintah.

“Kami ingin petani-petani ini bisa meningkatkan produksi. Dan mampu dipenuhi kesediaan pupuk, bibit, sumber airnya hingga jalan usaha taninya. Sehingga hasil produksinya nanti bisa stabil. Petani kita pun punya ekonomi yang bagus jika produksinya juga bagus,” kata Rusianto kepada awak media, Minggu (16/2/2025).

Di sisi lain, dalam program kepengurusan HKTI Kaltim yang baru, Rusianto menegaskan dukungannya terhadap program Asta Cita yang digaungkan Presiden Prabowo Subianto. Karena itu, dirinya akan menyelaraskan program-program HKTI Kaltim dengan program pemerintahan Prabowo-Gibran. Terutama untuk menyukseskan kemandirian dan ketahanan pangan dan energi terbarukan.

“HKTI Kaltim akan menjadi jembatan antara petani di Kaltim dengan pemerintah untuk mendukung program Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto. Ini untuk menyukseskan ketahanan pangan dan kemandirian energi terbarukan, dengan ketersediaan sumber daya air,” sebut mantan ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Berau itu.

Rusianto juga mendorong Kaltim agar bisa lebih mengembangkan hilirisasi. Mengingat di Benua Etam ini, sedikitnya ada empat pabrik kelapa sawit yang memproduksi produk turunan sawit seperti minyak goreng. “Tetapi keempat pabrik tersebut sayangnya masih belum bisa menyerap penuh produk sawit petani dan tenaga kerja lokal. Karenanya lewat hilirisasi yang lebih luas ini bisa menjadi solusi tersebut,” katanya.

Tidak hanya soal ketahanan pangan di sektor sawit dan hilirisasi, Rusianto juga menyinggung bagaimana pengembangan pangan dengan memanfaatkan lahan pasca tambang untuk menanam jagung dan tanaman lain. (*)