Titian Panjang Rahmat Menuju Kursi Legislatif Kukar

Mengenal Lebih Dekat Sosok Aktivis Muda Sarat Pengalaman di Birokrasi

JALAN panjang dan berliku mesti ditempuh oleh Rahmat Dermawan hingga bisa menyandang predikat calon wakil rakyat. Hal ini menandakan bahwa pemuda kelahiran Samboja 32 tahun silam bukan termasuk politisi karbitan.

Dalam kontestasi Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024, Rahmat maju sebagai calon DPRD Kutai Kartanegara (Kukar) melalui Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mewakili daerah pemilihan (Dapil) IV meliputi Samboja, Muara Jawa, Sangasanga.

Lantas, bagaimana sosok aktivis muda yang sarat pengalaman di birokrasi tersebut? Berikut dirinya mengisahkan.

Rahmat membuka kisah mulai dari masa dirinya duduk di bangku sekolah dasar. Kala itu, ia mengaku kerap dipandang sebelah mata oleh banyak teman sebayanya dan orang lain.

Ayah petani dan ibunya pedagang pasar tradisional di Kecamatan Samboja.

“Saya sering disepelekan. Orangtua saya tidak tamat SD, tapi punya keyakinan bahwa nasib keluarga akan berubah ketika anaknya diwarisi pendidikan yang baik,” ucapnya.

Rahmat merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ia lahir di Samboja tahun 1991. Kemudian mengenyam pendidikan di SD 004 Samboja, MTS Al Jihad Samboja, MAN Nuruddin Samboja, hingga berkuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Mulawarman.

Orangtua Rahmat berupaya agar kakak dan adik kandungnya merasakan pendidikan hingga bangku perguruan tinggi. Namun, berkat kemandiriannya, Rahmat bisa meraih gelar Magister di Samarinda.

“Saya hanya ingin mengangkat derajat orangtua, Meskipun harus berjuang tinggal di mushola selama 1,5 tahun untuk menempuh S2, itu adalah perjuangan,” kenangnya.

Semasa berkuliah, Rahmat aktif di organisasi intra kampus. Dia pernah menjabat sebagai Wakil Presiden BEM Fisipol Universitas Mulawarman. Di luar kampus, Rahmat aktif menjadi penggerak Himpunan Mahasiswa Samboja.

Tahun 2016, ia mendirikan organisasi volunteer atau relawan, Rumah Inspirasi Kaltim dan organisasi ilmiah Distrik13 (diskusi tim dan riset) di Samboja.

“Selesai kuliah saya pulang kampung, mengaplikasikan banyak hal. Tapi memang terbatas, ketika jauh dari pusat ibukota provinsi, pembangunan di kampung sangat tertinggal,”

“Masyarakat hanya menjadi objek ketika pemilu. Ini yang memantik saya, bahwa kampung harus punya gebrakan memanfaatkan anggaran untuk pembangunan. Oleh karena itu saya putuskan untuk merantau lagi,” sambungnya.

Singkat cerita, pada 2019 Rahmat bertemu dengan politisi asal Samboja, Muhammad Samsun. Dalam berbagai diskusi, Samsun dan dirinya memiliki visi yang sama mengenai pembangunan daerah.

Ia pun dipercaya menjalankan amanah sebagai Tenaga Ahli DPRD Kalimantan Timur.

Posisi tersebut membuatnya leluasa untuk menampung keluhan masyarakat mengenai pertanian, perikanan, dan infrastruktur di desa-desa, termasuk transmigran.

Tak sampai di situ, Rahmat kemudian memfasilitasi para petani dan nelayan untuk membuat proposal usulan bantuan anggaran. Tidak jarang, proposal tersebut bertumpuk hingga berdus-dus di rumahnya.

“Saya keliling Kukar membuat proposal untuk petani, nelayan, dan masyarakat desa. Petani sulit pupuk, jalan desa putus, pembangunan yang tertinggal. Ini terus saya dorong, usulan itu harus direalisasikan,” bebernya.

Walhasil tak sedikit usulan-usulan tersebut akhirnya bisa terealisasi.

Sebagai orang yang akan bertarung di kontestasi pemilihan legislatif 2024, Rahmat Dermawan makin disibukan dengan agenda pertemuan masyarakat.

Menurutnya, untuk mendapat legitimasi menjadi wakil rakyat, politisi seperti dirinya harus lebih dulu menjadi bagian dari mereka.

Turun ke masyarakat menjadi bagian dalam proses perjalanan hidup Rahmat Dermawan, bukan sekadar pencitraan jelang pemilu.

Pemilu 2024 ini, menurutnya, akan menjadi momentum pembuktian apakah keberadaan dirinya benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat.

“Lihat komitmennya dalam membangun daerah. Jangan sampai memilih orang yang hanya datang menawarkan uang menjelang pemilu,” pesan Rahmat.