metroikn, TENGGARONG – Festival Budaya Kutai Adat Lawas “Nutuk Beham” yang berlangsung selama empat hari di Desa Kedang Ipil, Kecamatan Kota Bangun Darat, resmi ditutup oleh Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Edi Damansyah pada Minggu (11/5). Dalam penutupan yang ditandai pemukulan gong dan pemberian piagam penghargaan kepada kepala desa serta para pemangku adat, Edi menyampaikan apresiasi mendalam atas upaya pelestarian budaya yang dilakukan masyarakat setempat.
“Desa Kedang Ipil berhasil menjaga warisan leluhur yang sangat bernilai. Festival ini bukan hanya perayaan budaya, tapi juga bentuk nyata dari kecintaan dan tanggung jawab generasi sekarang terhadap peninggalan nenek moyang,” ujar Edi dalam sambutannya.
Turut hadir mendampingi Bupati dalam acara tersebut sejumlah pejabat penting, di antaranya Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Arianto, Plt. Kepala Dinas Pariwisata Aji Ali Husni, Plt. Kepala Dinas Perkim Muhammad Aidil, Camat Kota Bangun Darat Zulkifli, serta Anggota DPRD Kukar Budi Fahmi.
Festival Nutuk Beham merupakan ritual adat Kutai yang telah diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat Kutai Adat Lawas. Berkat kekompakan dan kepedulian masyarakat Desa Kedang Ipil, tradisi ini tidak hanya terus hidup, tetapi juga berkembang menjadi agenda budaya tahunan yang masuk dalam kalender resmi Pemkab Kukar melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud).
“Festival ini difasilitasi melalui program Kukar Kaya Festival (KKF), salah satu bagian dari strategi pembangunan Kukar Idaman 2021–2026. Kami ingin agar kegiatan seni dan budaya berbasis komunitas terus tumbuh dan mendapat dukungan nyata dari pemerintah daerah,” terang Edi.
Ia menambahkan, Pemkab Kukar berkomitmen untuk terus mendukung dan memfasilitasi seluruh bentuk pelestarian budaya lokal yang tumbuh dari desa. Tradisi seperti Nutuk Beham, menurutnya, adalah warisan tak ternilai yang mencerminkan kekayaan nilai, norma, dan kearifan lokal yang harus dijaga keberlangsungannya.
“Budaya memiliki pakem dan nilai luhur masing-masing. Menjaga budaya berarti menjaga jati diri dan peradaban bangsa,” tegas Edi.
Penutupan festival juga dimeriahkan dengan penampilan seni dari para komunitas lokal, termasuk tarian-tarian yang menggabungkan unsur tradisional dan modern, menciptakan harmoni antara pelestarian budaya dan kreativitas generasi muda.
Festival Nutuk Beham bukan hanya ajang pertunjukan budaya, tetapi juga bentuk pendidikan karakter dan kebanggaan identitas lokal. Semangat yang ditunjukkan masyarakat Desa Kedang Ipil menjadi contoh bagaimana desa bisa menjadi pusat pelestarian dan pengembangan budaya yang hidup dan relevan dengan masa kini. (adv/metroikn)