Kota Balikpapan dan Kabupaten PPU Alami Inflasi pada Maret 2025, Ini Penyebab dan Prospek ke Depan

metroikn, BALIKPAPAN – Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengalami inflasi pada bulan Maret 2025. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), IHK (Indeks Harga Konsumen) Kota Balikpapan tercatat mengalami inflasi sebesar 1,67 persen (mtm).

Sementara itu, inflasi tahunan (yoy) Kota Balikpapan tercatat 1,38 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional yang tercatat 1,03 persen (yoy) dan gabungan 4 Kota di Provinsi Kalimantan Timur yang tercatat 1,36 persen (yoy).

Penyumbang Inflasi di Kota Balikpapan

Penyumbang terbesar inflasi di Kota Balikpapan pada Maret 2025 terutama berasal dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil sebesar 1,46 persen (mtm). Komoditas yang menyumbang inflasi tertinggi antara lain tarif listrik, cabai rawit, udang basah, ikan layang, dan emas perhiasan. Kenaikan tarif listrik disebabkan berakhirnya kebijakan pemerintah yang memberikan diskon 50 persen untuk pelanggan dengan daya 2.200 VA ke bawah (berakhir pada Februari 2025).

Selain itu, kenaikan cabai rawit disebabkan oleh pasokan yang menurun akibat curah hujan tinggi di daerah sentra produksi. Kenaikan harga udang basah dan ikan layang disebabkan oleh peningkatan permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), sementara harga emas perhiasan terus meningkat seiring tren kenaikan harga emas global.

Di sisi lain, beberapa komoditas yang menyumbang deflasi di Kota Balikpapan antara lain bayam, kacang panjang, bahan bakar rumah tangga, sawi hijau, dan kangkung. Penurunan harga bayam, kacang panjang, sawi hijau, dan kangkung didorong oleh peningkatan pasokan dan hasil panen. Sementara itu, penurunan harga bahan bakar rumah tangga (BBRT) terjadi karena penambahan kuota stok gas LPG 3 kg dan operasi pasar yang dilakukan oleh PT. Pertamina untuk menjaga harga tetap terkendali.

Inflasi di Kabupaten PPU

Senada dengan Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) juga mengalami inflasi pada Maret 2025 sebesar 2,19 persen (mtm). Inflasi tahunan (yoy) di Kabupaten PPU tercatat sebesar 1,19 persen, yang lebih tinggi dibandingkan nasional (1,03 persen yoy) namun lebih rendah dibandingkan gabungan 4 Kota di Provinsi Kalimantan Timur yang tercatat 1,36 persen (yoy).

Inflasi terbesar di Kabupaten PPU juga disebabkan oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil sebesar 1,84 persen (mtm). Komoditas yang menyumbang inflasi tertinggi antara lain tarif listrik, ikan tongkol, cabai rawit, ikan layang, dan cabai merah. Sama halnya dengan Kota Balikpapan, kenaikan tarif listrik terjadi karena berakhirnya kebijakan diskon pemerintah untuk pelanggan dengan daya 2.200 VA ke bawah.

Kenaikan harga ikan tongkol dan ikan layang disebabkan oleh permintaan yang meningkat menjelang HBKN, sementara kenaikan harga cabai rawit dan cabai merah disebabkan oleh pasokan yang menurun akibat cuaca buruk.

Beberapa komoditas yang menyumbang deflasi di Kabupaten PPU antara lain daging ayam ras, sawi hijau, bayam, kangkung, dan kol putih. Penurunan harga daging ayam ras didorong oleh ketersediaan pasokan yang cukup, sementara penurunan harga sawi hijau, bayam, kangkung, dan kol putih disebabkan oleh peningkatan hasil panen dan pasokan yang mencukupi.

Penyebab Inflasi dan Prospek Ke Depan

Inflasi yang terjadi di Kota Balikpapan dan Kabupaten PPU pada Maret 2025 lebih dipengaruhi oleh peningkatan permintaan selama periode HBKN Idul Fitri serta normalisasi kebijakan pemerintah terkait tarif listrik. Peningkatan harga juga perlu diwaspadai mengingat adanya potensi cuaca buruk yang dapat mempengaruhi ketersediaan komoditas bahan pokok serta tetap kuatnya permintaan.

Tingkat optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini juga tercermin dari hasil survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat sebesar 130,3, menunjukkan tingkat optimisme yang lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi masa depan juga berada pada level optimis.

Upaya Pengendalian Inflasi oleh TPID

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan bersama dengan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Paser terus bersinergi untuk mengendalikan inflasi.

Beberapa langkah yang dilakukan antara lain pemantauan harga bahan pokok secara periodik, identifikasi dan mitigasi risiko kenaikan harga, serta mendorong kerja sama antar daerah dan peningkatan efektivitas toko penyeimbang. Selain itu, pelaksanaan gelar pangan murah dan operasi pasar secara berkala, serta pemanfaatan lahan pekarangan untuk hortikultura juga terus didorong.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk menjaga tingkat inflasi daerah sesuai dengan sasaran inflasi nasional tahun 2025, yaitu sebesar 2,5 persen ± 1 persen.