metroikn, BALIKPAPAN — Kota Balikpapan menjadi tuan rumah Semiloka Nasional ke-5 Akselerasi Puskesmas Indonesia (APKESMI) yang digelar pada 23 hingga 26 Juli 2025 di Hotel Gran Senyiur. Lebih dari 500 peserta dari berbagai daerah hadir dalam forum ini untuk membahas berbagai tantangan layanan kesehatan primer, dengan salah satu fokus utama adalah penanganan tuberkulosis (TB) pada anak-anak.
Data Global TB Report 2024 menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi kedua di dunia dalam jumlah kasus TB, yakni mencapai 1,09 juta kasus. Dari jumlah tersebut, sekitar 135 ribu di antaranya menyerang anak-anak usia 0 hingga 14 tahun. Anak-anak menjadi kelompok yang sangat rentan karena sistem kekebalan tubuh mereka yang belum sempurna, ditambah dengan persoalan malnutrisi yang masih tinggi di berbagai daerah.
Dalam salah satu sesi diskusi, dr. Titis Prawitasari dari RSCM menjelaskan bahwa anak-anak yang terinfeksi TB dan mengalami kekurangan gizi memerlukan asupan bergizi tinggi, terutama yang mengandung energi dan protein dalam jumlah cukup. Pemulihan mereka tidak bisa dilakukan secara medis saja, tetapi juga perlu dukungan nutrisi yang memadai.
Semiloka ini juga sejalan dengan Program Quick Win Presiden di bidang kesehatan, yang menekankan pentingnya peningkatan layanan dasar di seluruh wilayah, termasuk kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis dan percepatan penanggulangan TB.
Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo, mewakili pemerintah daerah, menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen mendukung transformasi layanan kesehatan primer, khususnya di kawasan pelosok dan perbatasan yang kerap menghadapi keterbatasan akses dan tenaga medis.
Berbagai isu turut mengemuka dalam forum ini, termasuk kebutuhan integrasi antara layanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif di tingkat Puskesmas. Selain itu, masih diperlukan perluasan sumber daya manusia kesehatan dan kelengkapan alat medis untuk menunjang layanan yang optimal. Peran komunitas dan kelompok penyintas TB juga dianggap penting sebagai garda depan dalam memberikan edukasi dan memperkuat kesadaran masyarakat terhadap bahaya TB.
Ketua Umum APKESMI Kusnadi menekankan bahwa transformasi layanan primer bukan lagi hal yang bisa ditunda. Ia menyebut keterlibatan aktif Puskesmas dalam deteksi dini, edukasi, dan pelayanan berbasis komunitas merupakan langkah kunci dalam membangun sistem kesehatan yang tangguh dan responsif terhadap tantangan masa kini.
Tak hanya menjadi perhatian dalam konteks penularan penyakit, TB pada anak juga berdampak serius terhadap tumbuh kembang dan perkembangan kognitif. Kondisi ini diperparah oleh malnutrisi yang turut meningkatkan risiko stunting.
“Oleh karena itu, pemantauan gizi dan pertumbuhan anak-anak harus menjadi bagian integral dari strategi pencegahan dan penanganan TB yang berkelanjutan,” ujarnya.
Semiloka ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga menjadi titik tolak bagi penguatan sistem layanan kesehatan dasar yang lebih merata, terjangkau, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, terutama kelompok rentan seperti anak-anak.