metroikn, PENAJAM — Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencatat deflasi sebesar 0,22 persen secara bulanan (mtm) pada Juni 2025. Berdasarkan data Bank Indonesia Balikpapan, inflasi tahun kalender PPU mencapai 1,84 persen, sedangkan inflasi tahunan tercatat 1,26 persen atau lebih rendah dibanding inflasi nasional 1,87 persen maupun rata-rata empat kota di Kalimantan Timur yang sebesar 1,62 persen.
Deflasi di PPU terutama ditopang kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil 0,22 persen. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, menjelaskan beberapa komoditas penyumbang deflasi di PPU adalah daging ayam ras, ikan tongkol, ikan kembung, jeruk, dan sawi hijau.
“Penurunan harga terutama didukung pasokan yang cukup dan distribusi yang lancar. Masuknya pasokan ayam beku dari Jawa juga ikut menekan harga daging ayam ras,” kata Robi, Jumat (5/7).
Di sisi lain, tomat, beras, bawang merah, sigaret kretek tangan, dan kacang panjang justru memicu inflasi di PPU bulan lalu. Robi menyebut kenaikan harga beberapa komoditas masih dipengaruhi pasokan yang terbatas akibat musim hujan yang belum mereda.
Ia menambahkan, potensi tekanan inflasi di Balikpapan dan PPU pada periode mendatang tetap perlu diwaspadai, terutama karena tingginya permintaan saat libur panjang, tahun ajaran baru, serta risiko gangguan produksi hortikultura.
“Kami bersama pemerintah daerah terus menjaga inflasi tetap terkendali melalui pemantauan harga, penguatan kerja sama antar daerah, serta operasi pasar,” ujarnya.
Bank Indonesia Balikpapan bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan melanjutkan langkah pengendalian, termasuk gelar pangan murah, pemanfaatan lahan pekarangan, dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Langkah ini diharapkan mampu menahan laju inflasi daerah agar tetap berada dalam rentang sasaran nasional 2,5 persen plus minus 1 persen.