Pancasila sebagai Fondasi Demokrasi dan Keberagaman Bangsa

Oleh: Prakoso Yudho Lelono, Ketua KPU Kota Balikpapan

Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila. Tanggal ini merujuk pada pidato Bung Karno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tahun 1945, yang untuk pertama kalinya mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka, yang kemudian kita kenal sebagai Pancasila. Sejak ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016, Hari Lahir Pancasila menjadi momen reflektif yang sangat penting dalam perjalanan bangsa ini.

Pancasila bukan hanya fondasi normatif atau simbol ideologis, tetapi juga etos dan arah hidup berbangsa. Ia adalah titik temu dari keberagaman suku, agama, budaya, dan pandangan politik yang hidup di Indonesia. Dalam konteks demokrasi dan kehidupan bernegara, Pancasila hadir sebagai penuntun agar dinamika kebangsaan tidak terjebak dalam polarisasi dan konflik identitas.

Pancasila dan Dinamika Demokrasi

Indonesia memilih demokrasi sebagai sistem politik, dengan Pancasila sebagai dasarnya. Demokrasi Pancasila bukan sekadar praktik prosedural berupa pemilu lima tahunan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai musyawarah, keadilan sosial, dan penghormatan terhadap hak serta kewajiban warga negara.

Sebagai Ketua KPU Kota Balikpapan, saya melihat secara langsung bagaimana Pancasila memainkan peran penting dalam menjaga integritas dan harmoni dalam setiap proses pemilu. Pemilu bukan sekadar memilih pemimpin, tetapi juga sarana untuk merawat dan menghidupkan nilai-nilai kebangsaan. Dalam setiap tahapan—dari pendaftaran pemilih, kampanye, hingga penghitungan suara—Pancasila menjadi kompas etika yang menjaga agar demokrasi berjalan dengan adil, jujur, dan damai.

Namun kita juga harus jujur bahwa demokrasi kita sedang menghadapi banyak tantangan: politik identitas yang eksklusif, pragmatisme elektoral yang mengabaikan nilai, dan meningkatnya hoaks serta disinformasi di ruang digital. Dalam kondisi ini, menghidupkan kembali Pancasila sebagai pedoman berdemokrasi menjadi sangat mendesak.

Pancasila dan Keberagaman

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat beragam, dan keberagaman ini merupakan sebuah anugerah. Pancasila lahir dari kesadaran historis para pendiri bangsa bahwa Indonesia tidak akan mungkin bersatu tanpa semangat toleransi dan keadilan. Lima sila dalam Pancasila merangkum nilai-nilai universal yang bisa menjembatani berbagai perbedaan.

Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi fondasi moral dan spiritual bangsa, yang mengakui adanya nilai-nilai luhur dari berbagai agama. Sila kedua dan ketiga menekankan pentingnya kemanusiaan dan persatuan. Sementara sila keempat dan kelima menjadi pilar dari sistem demokrasi dan keadilan sosial. Kelima sila ini membentuk satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Di kota seperti Balikpapan, keberagaman tampak dalam kehidupan sehari-hari. Balikpapan adalah miniatur Indonesia, dengan penduduk yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama. Harmoni sosial yang terjaga di kota ini adalah bukti nyata bahwa Pancasila bukan hanya wacana, tapi telah hidup dalam praktik sosial masyarakat.

Namun menjaga keberagaman bukan pekerjaan yang selesai sekali waktu. Ia memerlukan kerja kolektif yang terus-menerus, dari semua elemen masyarakat dan negara. Pendidikan multikultural, kebijakan inklusif, serta ruang-ruang dialog antaragama dan antargolongan harus diperluas dan diperkuat.

Peran Strategis Lembaga Publik dalam Membumikan Pancasila

Lembaga-lembaga negara, termasuk Komisi Pemilihan Umum (KPU), memiliki peran strategis dalam membumikan nilai-nilai Pancasila. Dalam setiap pelaksanaan tahapan pemilu, nilai keadilan, partisipasi, keterbukaan, dan penghormatan terhadap hak-hak politik warga menjadi prinsip utama. Prinsip-prinsip ini tidak lain adalah penjabaran praktis dari sila-sila dalam Pancasila.

Kami di KPU Kota Balikpapan senantiasa berkomitmen menjaga agar proses demokrasi berlangsung sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. Sosialisasi pemilu, pendidikan pemilih, hingga fasilitasi hak pilih bagi kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, lansia, dan warga adat adalah bagian dari upaya untuk memastikan bahwa demokrasi berjalan inklusif dan berkeadilan.

Hari Lahir Pancasila bukan sekadar perayaan historis, tetapi kesempatan untuk menyegarkan kembali komitmen kebangsaan kita. Di tengah tantangan globalisasi, disrupsi teknologi, dan krisis sosial-ekologis, Pancasila tetap relevan sebagai panduan moral dan politik bangsa.

Sebagai Ketua KPU Kota Balikpapan, saya percaya bahwa demokrasi yang sehat hanya bisa tumbuh di atas dasar nilai yang kokoh. Pancasila adalah dasar itu. Meneguhkannya berarti terus belajar menjadi bangsa yang toleran, adil, dan beradab. Dari Balikpapan, mari kita terus nyalakan api semangat Pancasila demi Indonesia yang lebih damai, adil, dan bermartabat.

Dirgahayu Pancasila! Merdeka!