metroikn, BALIKPAPAN – Inflasi di Kota Balikpapan pada April 2025 tercatat sebesar 0,69 persen (mtm), dan secara tahunan mencapai 1,51 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi nasional yang sebesar 1,95 persen (yoy) maupun inflasi gabungan empat kota di Kalimantan Timur yang sebesar 1,57 persen (yoy). Hal ini mengindikasikan inflasi di Balikpapan masih berada dalam kategori terkendali.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, menyampaikan bahwa kenaikan inflasi pada April terutama disebabkan oleh beberapa komoditas utama yang mengalami lonjakan harga.
“Tarif listrik menjadi penyumbang inflasi terbesar setelah berakhirnya kebijakan diskon tarif 50 persen bagi pelanggan kecil. Selain itu, kenaikan harga emas perhiasan, sawi hijau, bahan bakar rumah tangga, dan ikan layang juga ikut mendorong inflasi bulan ini,” ujar Robi.
Robi menjelaskan bahwa tren kenaikan harga emas masih mengikuti pergerakan harga global, sementara pasokan komoditas pangan seperti sawi hijau dan ikan terganggu akibat kondisi cuaca dan musim tangkap yang belum optimal.
Di sisi lain, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) juga mencatat inflasi yang cukup tinggi pada April 2025, yakni sebesar 1,23 persen (mtm), dan 2,06 persen (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional maupun provinsi.
Komoditas penyumbang inflasi utama di PPU antara lain tarif listrik, ikan tongkol dan kembung, nasi dengan lauk, serta kelapa. “Khusus untuk kelapa, minimnya pasokan dari daerah penghasil seperti Sulawesi menyebabkan pedagang harus mencari pasokan alternatif dengan biaya logistik yang lebih tinggi, sehingga mendorong harga naik,” imbuh Robi.
Sebagai langkah strategis, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) telah melaksanakan High Level Meeting (HLM) pada 24 April 2025. Pertemuan tersebut membahas percepatan realisasi Kerja Sama Antar Daerah (KAD) antara Balikpapan, PPU, dan Kabupaten Paser.
“Melalui komitmen bersama yang telah ditandatangani oleh Perumda dari tiga wilayah, kami berharap sinergi antar daerah bisa memperkuat ketahanan pasokan dan menjaga stabilitas harga secara berkelanjutan,” kata Robi.
Bank Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat koordinasi kebijakan bersama pemerintah daerah dan stakeholders lainnya demi menjaga inflasi dalam rentang sasaran nasional dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.