metroikn, SAMARINDA – Fenomena penurunan debit air sungai yang cukup drastis saat tidak ada hujan dalam 2-3 hari di bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) kini menjadi perhatian serius berbagai pihak, termasuk anggota DPRD Kota Samarinda.
Hal ini dikhawatirkan dapat menjadi indikasi potensi kekeringan air jangka panjang jika tidak segera diatasi.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Abdul Rohim menyampaikan bahwa idealnya, lahan di kiri dan kanan sungai yang masih alami seperti rawa atau hutan dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan air.
Dengan demikian, saat tidak turun hujan selama beberapa hari, air dari tanah dapat mengalir ke badan sungai, mencegah terjadinya kekeringan.
“Lahan alami di sekitar hulu sungai berperan penting untuk penyimpanan air. Ketika tanah bisa menyerap air, maka debit air sungai tetap terjaga meskipun tidak ada hujan,” ungkap Rohim sapaan karibnya, Senin (24/2/2025).
Rohim juga mengaku prihatin terhadap banyaknya lahan di sekitar hulu sungai yang kini mulai dibangun, dikavling, dan diuruk.
“Kondisi ini yang kami khawatirkan. Saat hujan deras, air tidak bisa terserap dengan baik dan berpotensi menyebabkan banjir. Sebaliknya, saat musim kering, pasokan air berkurang,” jelasnya.
Politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda, khususnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), beserta dinas terkait untuk mempelajari ulang rencana normalisasi dan penataan bantaran sungai.
“Kami berharap pemkot bisa mempelajari lagi apakah semua bantaran sungai harus ditutupi beton, atau ada bagian yang dibiarkan alami sehingga bisa berfungsi dengan baik sebagai penyimpan air,” pungkasnya. (apr/metroikn)