MetroIKN, Kutai Kartanegara – Pemerintah Desa (Pemdes) Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), meluncurkan inovasi pertanian hidroponik untuk mendukung ketahanan pangan di tengah tantangan keterbatasan lahan kering di wilayah tersebut.
Inisiatif ini menjadi langkah strategis bagi desa yang dikelilingi air untuk tetap produktif dan menghadapi ancaman perubahan iklim.
“Ini cara kami untuk mempertahankan ketahanan pangan. Kami sangat terbantu dengan tanaman hidroponik, terlebih dalam menghadapi ancaman seperti perubahan iklim,” ujar Kepala Desa Muara Enggelam, Madi, Jumat (29/11/2024).
Muara Enggelam dikenal sebagai desa terapung yang sebagian besar wilayahnya dikelilingi air, sehingga sulit untuk menemukan lahan kering yang cukup untuk pertanian konvensional.
Pertanian hidroponik pun menjadi solusi utama. Sistem ini memungkinkan tanaman tumbuh tanpa tanah, hanya dengan media air yang kaya nutrisi.
Sayuran yang dihasilkan melalui sistem hidroponik ini meliputi berbagai jenis tanaman hijau seperti bayam, kangkung, selada, dan pakcoy.
Hasil panennya tidak hanya untuk konsumsi sehari-hari masyarakat, tetapi juga menjadi bagian dari program pemberdayaan komunitas lokal.
Hasil pertanian hidroponik di Desa Muara Enggelam juga dikelola oleh Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Kedua lembaga ini memiliki peran penting dalam mengolah hasil panen menjadi makanan bergizi yang kemudian dibagikan kepada masyarakat, terutama anak-anak dan ibu hamil.
“Kami ingin memastikan bahwa sayuran hidroponik ini tidak hanya segar, tetapi juga menjadi makanan bergizi yang dapat dinikmati masyarakat. Posyandu dan PKK berperan besar dalam hal ini,” kata Madi.
Pemdes Muara Enggelam juga menggandeng ahli gizi dari Posyandu Muara Wis untuk memastikan makanan yang disajikan mengandung nutrisi yang cukup. Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama dalam hal kesehatan dan gizi.
“Melalui kerja sama ini, kami ingin memastikan agar masyarakat mendapatkan akses terhadap pangan yang sehat dan bergizi. Ini menjadi bagian dari upaya kami untuk meningkatkan kualitas hidup warga,” tambah Madi.
Inisiatif pertanian hidroponik ini diharapkan dapat menjadi model bagi desa-desa lain yang menghadapi tantangan serupa, seperti keterbatasan lahan atau dampak perubahan iklim.
Sistem hidroponik terbukti lebih efisien dalam penggunaan air dan memiliki potensi hasil yang lebih baik dibandingkan metode pertanian tradisional.
“Kami berharap program ini tidak hanya membantu ketahanan pangan di Muara Enggelam tetapi juga menjadi inspirasi bagi desa lain untuk memanfaatkan teknologi sederhana namun efektif dalam mengatasi tantangan,” tutur Madi.
Ke depan, Pemdes Muara Enggelam berencana memperluas area pertanian hidroponik dan memperkenalkan jenis tanaman baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Selain itu, desa juga membuka peluang kerja sama dengan pihak swasta dan akademisi untuk mengembangkan teknologi pertanian yang lebih canggih.
Dengan inovasi ini, Desa Muara Enggelam menunjukkan bahwa keterbatasan lahan bukanlah halangan untuk mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas gizi masyarakat.
Inisiatif ini menjadi bukti nyata bagaimana teknologi sederhana dapat memberikan dampak besar bagi kesejahteraan warga. (adv)