Harga Pangan di Mahulu Melonjak Drastis Dampak Surutnya Mahakam, Pemprov Kaltim Siapkan Operasi Pasar dan Jalur Distribusi Alternatif

metroikn, SAMARINDA – Krisis distribusi pangan kembali menghantui wilayah pedalaman Kalimantan Timur (Kaltim). Kali ini, lonjakan harga beras di Kabupaten Mahakam Ulu menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemrov Kaltim), Harga beras dilaporkan menembus angka Rp 1,2 juta per karung di sejumlah desa terpencil, jauh di atas harga normal.

Fenomena tersebut dipicu oleh penurunan debit air Sungai Mahakam, yang selama ini menjadi jalur utama pengiriman logistik ke wilayah hulu.

Tiga desa paling terdampak yakni Long Apari, Noha Tivab, dan Noha Silat, saat ini mengalami kesulitan untuk mendapatkan beras dengan harga terjangkau.

Menanggapi kondisi ini, Pemprov Kaltim melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (DPPKUKM) bergerak cepat.

Kepala DPPKUKM Kaltim, Heni Purwaningsih, menyatakan bahwa pihaknya tengah menyiapkan langkah tanggap, termasuk penyaluran bantuan beras dan operasi pasar murah yang direncanakan mulai akhir Agustus hingga September 2025.

“Situasi ini harus segera kami atasi. Pemerintah akan menyalurkan cadangan pangan pemerintah dan menggandeng Bulog untuk menjamin stok beras sampai di masyarakat,” jelas Heni, Selasa (29/7/25).

Heni menegaskan, operasi pasar bukan hanya menjadi solusi jangka pendek untuk menstabilkan harga, namun juga bagian dari penanganan tanggap darurat atas krisis akses pangan.

Menurutnya, tantangan terbesar ada pada aspek distribusi. Kondisi geografis Mahulu yang ekstrem serta minimnya infrastruktur darat menjadi kendala utama saat jalur sungai tidak bisa diandalkan.

“Untuk itu kami akan berkoordinasi dengan BPBD dan Basarnas guna menyiapkan metode distribusi alternatif, termasuk opsi pengiriman menggunakan moda transportasi darat atau udara jika diperlukan,” jelasnya.

Kasus Mahakam Ulu kembali memperlihatkan rentannya wilayah pedalaman terhadap fluktuasi pasokan logistik. Ketergantungan pada alur sungai sebagai jalur distribusi utama menyebabkan daerah ini mudah terisolasi saat kondisi alam berubah.

Selama musim kemarau panjang, permukaan Sungai Mahakam bisa turun drastis, menyulitkan kapal pengangkut bahan pokok untuk menjangkau kawasan hulu.

Akibatnya, harga kebutuhan pokok melonjak tajam dan menjadi beban berat bagi masyarakat.

Dalam kondisi seperti ini, kehadiran pemerintah menjadi krusial. Selain menyuplai beras dan logistik dasar, kecepatan respons serta koordinasi lintas sektor menjadi ujian nyata dari ketahanan sistem distribusi di wilayah tertinggal.

“Kami berupaya agar seluruh bantuan bisa segera tersalurkan secara merata dan cepat. Harapannya, warga Mahulu bisa kembali memperoleh bahan pangan dengan harga yang wajar,” tutur Heni.

Tak hanya penanganan darurat, Pemprov Kaltim juga tengah menyiapkan langkah jangka panjang untuk memperkuat ketahanan pangan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Termasuk di antaranya adalah pembangunan lumbung pangan lokal serta peningkatan sistem transportasi alternatif untuk menjangkau wilayah terpencil secara lebih stabil.

Situasi di Mahakam Ulu menjadi cermin perlunya perencanaan logistik berbasis krisis iklim dan infrastruktur. Dengan ancaman perubahan cuaca yang kian tak terprediksi, sistem distribusi pangan harus adaptif dan terintegrasi dengan penanganan bencana.