metroikn, SAMARINDA — Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Rudy Mas’ud, akhirnya angkat bicara dan menyampaikan permohonan maaf usai insiden yang melibatkan asisten pribadinya (aspri) saat sesi doorstop interview, Senin (21/7/2025), viral dan menuai kecaman dari kalangan jurnalis serta organisasi pers.
Insiden tersebut dinilai sebagai bentuk intimidasi terhadap kerja jurnalistik di ruang publik. Namun Rudy menegaskan, peristiwa itu murni spontanitas dari stafnya dan tidak mencerminkan sikap pribadi maupun kebijakan pemerintah provinsi.
“Saya mohon maaf, itu di luar kontrol saya. Itu murni spontan,” ujar Rudy kepada awak media di Samarinda, Kamis (24/7/2025).
Ia menekankan, tidak ada sedikit pun niat untuk membatasi, apalagi menghalangi tugas wartawan. Menurutnya, kebebasan pers adalah bagian dari demokrasi yang wajib dijaga.
“Saya tidak pernah merasa berjarak dengan teman-teman media. Kita ini mitra. Kritik dan masukan adalah bagian dari membangun Kalimantan Timur,” kata Rudy.
Pernyataan tersebut disampaikan di tengah derasnya kritik publik terhadap dugaan pembungkaman ruang tanya media. Rudy menyatakan dirinya terbuka terhadap evaluasi dan menjadikan kejadian ini sebagai bahan pembelajaran.
Lebih lanjut, ia juga menanggapi pernyataan Kepala Biro Administrasi Pimpinan Pemprov Kaltim, Syarifah Alawiyah, yang sempat menyarankan agar wartawan tidak bertanya di luar konteks acara resmi.
Menurut Rudy, saran itu bukan larangan, dan bersifat situasional.
“Boleh saja. Tapi kami harap informasi-informasi yang disampaikan tetap memberi dampak positif. Karena yang positif saja belum tentu disambut positif, apalagi kalau negatif,” tuturnya.
Rudy berharap ke depan, komunikasi antara pemerintah dan media terus berjalan sehat dan produktif. Ia menegaskan pentingnya menjaga ruang dialog yang terbuka dan saling menghormati.
“Saya kira ini bukan soal siapa benar, siapa salah. Ini tentang bagaimana kita belajar memperbaiki komunikasi publik. Supaya kepercayaan tetap terjaga,” tandasnya.