metroikn, BALIKPAPAN – PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) menerima kunjungan kerja Dewan Energi Nasional (DEN) dalam rangka peninjauan langsung Proyek Strategis Nasional (PSN) Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan dan Lawe-Lawe. Kunjungan ini berlangsung pada Rabu (17/9) di lokasi proyek RDMP Balikpapan, Terminal Crude Lawe-Lawe, serta dilanjutkan diskusi di Gedung Modifikasi Site Office PT KPB.
Kunjungan DEN menjadi momentum penting untuk memastikan langkah proyek sejalan dengan kebijakan energi nasional yang tangguh dan berkelanjutan. Anggota Pemangku Kepentingan (APK) kalangan Teknologi, Agus Pramono, mengapresiasi progres pembangunan yang semakin mendekati tahap operasi.
“Kami dari DEN sangat bangga dengan progres RDMP saat ini. Dengan adanya RDMP ini, semoga indeks ketahanan energi kita meningkat atau bahkan lebih baik,” ujarnya.
Sementara itu, DEN dari APK kalangan Akademisi, Musri, menekankan pentingnya keberlanjutan proyek kilang sebagai jalan keluar mengurangi ketergantungan impor energi. “Kita harus dorong terus agar impor bisa ditekan dan ketahanan energi semakin kuat, sehingga kita bisa maju menuju Indonesia emas tahun 2045,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, rombongan DEN meninjau fasilitas Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) yang mampu mengubah residu menjadi produk bernilai tinggi dengan kapasitas 90 ribu barel per hari. Unit ini akan menghasilkan Gasoline, LPG, Light Cycle Oil (LCO), Decant Oil (DCO), hingga produk petrokimia berupa propylene.
Selain RFCC, DEN juga melihat langsung area pembangkitan listrik, Main Control Room (MCR) baru, serta dua tangki penyimpanan minyak mentah berkapasitas masing-masing 1 juta barel di Terminal Crude Lawe-Lawe.
Vice President Legal & Relation PT KPB, Asep Sulaeman, menyebutkan dukungan DEN menjadi penguat semangat seluruh pekerja untuk menuntaskan RDMP sesuai target. “Proyek ini bukan hanya milik Pertamina, tetapi juga proyek bangsa untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional,” katanya.
RDMP Balikpapan dan Lawe-Lawe diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi BBM nasional, memperbaiki kualitas produk, serta menekan ketergantungan impor. Dampak positifnya, ketersediaan energi masyarakat lebih terjamin, stabilitas harga terjaga, dan devisa negara bisa dihemat.
Kini proyek memasuki tahap krusial berupa uji coba peralatan (commissioning) dan awal pengoperasian (start-up). “Pada fase ini, sinergi semua pihak sangat dibutuhkan agar transisi berjalan aman, andal, dan sesuai standar keselamatan kerja,” tutup Asep.