metroikn, Tenggarong – Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Edi Damansyah optimis investasi PT Kalimantan Ferro Industri (KFI) sebesar Rp30 triliun melalui pengoperasian pabrik smelter nikel di Kelurahan Pendingin, Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kukar akan memberi dampak positif pada daerah, terutama terhadap segi perekonomian warganya.
Menurutnya, hilirisasi industri sangat penting bagi Kabupaten Kukar yang dikenal memiliki potensi sumber daya alam besar. Dengan begitu, pemerintah daerah ditambah dukungan masyarakat mesti terbuka dengan berbagai rencana investasi yang hendak masuk.
Kehadiran smelter nikel di Pendingin diharapkan mampu memasok kebutuhan transisi energi di Kaltim bahkan Indonesia. Edi Damansyah menyerukan agar masyarakat aktif melibatkan diri dalam industri tersebut.
“Persoalan investasi di Kukar masih bisa terukur, harus dijaga kondusifitasnya. Tidak hanya dari sisi pemerintah tapi keberadaan manajemen perusahaan juga sangat menentukan,” terang Edi.
Kepada lain pihak, Edi berharap PT KFI tetap mentaati seluruh aturan pedoman yang berlaku, terutama mengenai izin kelola lingkungan. Termasuk respon terhadap potensi tenaga kerja setempat.
“Ini akan kita kawal secara langsung,” tegasnya.
Edi Damansyah mengingatkan, apa-apa yang perlu disampaikan mengenai pengoperasian smelter, maka sebaiknya disampaikan secara baik. Semisal melalui saluran dan mediasi yang benar, sehingga diskusi bersama perusahaan bisa dilakukan.
Keberadaan industri ini, menurutnya, menjadi salah satu sektor yang diinginkan oleh Kutai Kartanegara. Keberadaan pabrik smelter nikel pertama di Kaltim itu diharapkan mampu menampung 10 ribu tenaga kerja lokal.
“Kepada warga masyarakat, mari sama-sama kita kawal. Karena keberadaan PT KFI, bukan hanya memberi kontribusi pada negara tapi juga dorongan ekonomi lokal di Sangasanga dan wilayah sekitarnya,” seru Edi.
Mengenai serapan tenaga kerja lokal, sampai saat ini PT KFI memberdayakan sebanyak 1.700 pekerja. Perekrutan tenaga kerja lokal terus berjalan dengan melampaui 6 Kelurahan dan 2 Kecamatan di sekitar Palaran dan Samarinda Kota.
Smelter nikel tersebut juga memberdayakan 250 tenaga kerja asing yang difokuskan pada pembangunan pabrik dan managerial saat pabrik beroperasi nantinya.
“Kita telah bersepakat bahwa kebutuhan tenaga kerja di smelter nikel harus disampaikan ke Pemkab Kukar. Agar kami bisa menyiapkan sumber daya manusia yang bisa terserap untuk bekerja di sana,” tegas Bupati.
Sebagai informasi, Gubernur Kaltim Isran Noor didampingi Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah meresmikan tahap pertama pabrik smelter nikel PT KFI di Kelurahan Pendingin, Selasa (19/9/2023).
Bupati Kukar Edi Damansyah saat itu menyampaikan harapan agar PT KFI melanjutkan pembangunan pabrik sesuai dengan target.
PT KFI terbentuk melalui instruksi Presiden terkait dengan upaya hilirisasi industri nikel .
Perusahaan tersebut berdiri setelah Undang Undang Nomor 3 tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara terbit.
Dalam perjalanannya, KFI telah menandatangani kontrak perjanjian jual-beli tenaga listrik (PJBTL) sebesar 800MW dengan PLN Persero, tepatnya pada tanggal 31 Desember 2021 sekaligus milestone utama pembangunan pabrik ini.
Dengan begitu pula, KFI tidak perlu membangun pembangkit listrik sehingga lingkungan sekitar akan lebih terjaga. Penyambungan listrik GI PLN dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2023 lalu, sekaligus menandai commissioning tahap pertama.
KFI juga telah mengantongi Surat Keterangan Kelayakan Lingkungan (SKKL) dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia.
Dalam operasionalnya, KFI memperkenalkan teknologi RKEF baru yang lebih ramah lingkungan, mengingat hanya 2 (dua) line yang baru bisa beroperasi dari 18 (delapan belas) line yang akan dibangun.
Sejak peletakan batu pertama pada 25 Januari 2022, KFI sekurangnya telah menggelontorkan investasi Rp5 Triliun. Sementara pada Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) quartal 2-2023 tercatat berjumlah Rp2,7 triliun.
(yap/*)