metroikn, SAMARINDA – Kebijakan penerapan sistem satu arah (SSA) di Jalan KH Abul Hasan menuai penolakan keras dari warga dan pelaku usaha.
Mereka menilai aturan tersebut langsung memukul roda perekonomian lokal, dengan penurunan omzet usaha yang dilaporkan mencapai 70 persen hanya dalam satu hari penerapan.
Rizal, pemilik VOC Café, menyebut kebijakan itu tidak hanya merugikan pelaku usaha, tetapi juga mengganggu aktivitas masyarakat.
Ia menegaskan ada tiga tuntutan yang disuarakan warga: membatalkan SSA di Jalan Abul Hasan, mengembalikan sistem parkir miring atau menyediakan alternatif parkir yang layak, serta membuka ruang mediasi dengan Dinas Perhubungan.
“Intinya kami menolak sistem jalan satu arah ini. Omzet usaha kami langsung turun drastis, bahkan sampai 70 persen. Kalau suara kami tidak didengar, kami siap ambil langkah lebih jauh,” tegas Rizal, Jumat (26/9/25).
Keluhan serupa juga datang dari Diah, pemilik Sari Madu Bakery. Menurutnya, kebijakan ini membuat pelanggan kesulitan parkir sehingga penjualan menurun tajam. Kondisi itu, kata dia, memukul usaha kecil yang bergantung pada perputaran harian.
“Roti kalau sehari nggak laku itu harus dibuang, tidak bisa dijual kembali. Dampaknya langsung kami rasakan, omzet jatuh drastis. Kami harap pemerintah membuka komunikasi ulang,” ujarnya.
Sedikitnya 25 pelaku usaha di jalan tersebut melaporkan hal serupa, dengan tingkat kerugian yang bervariasi namun rata-rata signifikan.
Lurah Pasar Pagi, Noormansyah, yang telah menerima aspirasi warga dan laporan penurunan pendapatan pelaku usaha, menyatakan akan meneruskan keluhan itu ke tingkat kecamatan dan Dinas Perhubungan.
“Pelaku ekonomi semuanya turun drastis, itu akan kami sampaikan. Tapi keputusan tetap ada di tingkat yang lebih tinggi, bukan di lurah,” jelasnya.
Penolakan warga ini menambah daftar panjang kontroversi penerapan sistem satu arah di Samarinda yang kerap dinilai belum matang dalam kajian dampak sosial dan ekonomi.