Penajam – Alih fungsi lahan merupakan peralihan fungsi sebagian kawasan lahan dari fungsinya semula seperti yang direncanakan. Sayangnya, banyak alih fungsi lahan berdampak negatif. Baik menimbulkan persoalan lingkungan hingga perubahan sosial di dalam lahan tersebut.
Banyaknya alih fungsi lahan terutama di bidang pertanian mendapat sorotan dari Sekretaris Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Penajam Paser Utara (PPU) Sujiati. Dia menyebut, banyak faktor yang membuat petani akhirnya beralih memanfaatkan lahan pertaniannya.
“Bisa karena sudah berkurang produksi, faktor infrastruktur sampai kondisi seperti irigasi air dan sebagainya. Hingga petani memilih mengalihkan lahan pertanian mereka. Misal dari yang sebelumnya padi menjadi sawit,” ucap Sujiati, Jumat (3/11/2023).
Sujiati mencontohkan, kondisi alih fungsi lahan pertanian ini terjadi di PPU. Di mana sejumlah petani padi sawah akhirnya beralih menjadi petani sawit. Tahun ini saja misalnya, adanya kemarau mengakibatkan petani padi sawah mengalami dua kali gagal panen atau fuso. Gagal panen lainnya akibat kebanjiran ketika musim hujan tiba.
“Petani akhirnya melakukan alih fungsi lahan demi menopang kehidupan ekonomi mereka. Petani karena tidak ada air memilih sawit. Bagaimana mau menanam padi kalau tidak ada air,” imbuh Sujiati.
Sujiati membenarkan, masih banyak petani padi sawah di PPU mengandalkan air dari hujan. Karena itu sejak dulu, dia tidak pernah lelah untuk menyampaikan kepada pemerintah untuk segera membangun saluran irigasi air untuk pertanian di PPU.
“Irigasi, irigasi, irigasi. Itu yang harus diantisipasi lebih dulu. Karena sebagian besar petani padi kita yang masih bertahan hanya mengandalkan air hujan. Dan kalau mereka tidak beralih fungsi, mereka mau makan apa untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Soalnya, dari penghasilan sawit, mereka bisa mendapatkan pendapatan. Bisa memenuhi kebutuhan keluarga,” jelasnya.