Setelah Gelar Konsultasi Publik, DLH PPU Siapkan Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati

metroikn, PENAJAM – Setelah menyelesaikan gelaran konsultasi publik mengenai keanekaragaman hayati, Kepala Bidang Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Rohmat Agus Purwanto mengungkapkan, bahwa hasil dari konsultasi publik akan menjadi dasar dalam menyusun rencana induk pengelolaan keanekaragaman hayati.

“Rencana tersebut akan mencakup zonasi yang meliputi area daratan dan perairan, guna memastikan bahwa setiap ekosistem mendapat perhatian dan perlakuan yang sesuai. Jadi jumlah pasti spesies yang kami temukan akan kami sampaikan dalam laporan akhir. Namun, kami sudah memetakan sebagian datanya, yang menunjukkan keragaman hayati yang luar biasa di wilayah ini,” jelas Agus ditemui, Rabu (2/10/2024).

Dengan inisiatif ini DLH PPU lanjut dia, berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati. Kegiatan ini diharapkan tidak hanya melestarikan spesies lokal, tetapi juga mendukung ekosistem yang sehat untuk generasi mendatang. Melalui berbagai program edukasi dan kolaborasi dengan komunitas lokal, DLH PPU ingin mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan alam.

“Dengan memahami dan menghargai kekayaan alam yang ada, kami percaya bahwa masyarakat akan lebih peduli terhadap pelestarian lingkungan. Upaya ini sangat penting untuk memastikan bahwa Benuo Taka (sebutan PPU) tetap menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang berharga,” tutup Agus.

Dia kembali menegaskan, kekayaan alam di PPU tidak hanya berasal dari sumber daya mineral, tetapi juga dari keberagaman flora dan faunanya. Ini kata dia yang harus dijaga. Salah satu contoh yang mencolok adalah enam jenis burung endemik Rangkong yang dapat ditemukan di Kabupaten PPU, termasuk Rangkong Badak (Buceros rhinoceros). Burung ini berkembang di hutan konservasi lahan perkebunan sawit dan menjadi indikator kesehatan ekosistem setempat.

“Di lahan konservasi PT Sukses Tani Nusasubur (STN), kami mencatat enam varietas Rangkong, sementara di seluruh Indonesia terdapat 13 varietas,” imbuhnya. (adv)