Metroikn.co, SAMARINDA – Beberapa sekolah di Samarinda masih menghadapi masalah kepemilikan lahan, yang sebagian besar didapatkan melalui hibah atau tanah wakaf. Masalah ini masih pun cukup umum di Kota Tepian, sebutan Samarinda.
Selain itu, beberapa sekolah masih beroperasi dengan fasilitas yang kurang memadai, seperti bangunan setengah kayu atau bangunan yang dalam kondisi buruk.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti, sebagai tantangan serius yang menghadang sektor pendidikan di Samarinda.
“Pendidikan melibatkan tiga elemen utama seperti siswa, infrastruktur, dan sumber daya manusia (SDM) atau guru,” kata Puji, Selasa (31/10/2023).
Tiga pilar penting dalam dunia pendidikan meliputi pemerintah, orang tua, masyarakat, dunia usaha, dan media massa, yang semuanya berperan dalam membentuk “pentahelix” untuk mengatasi berbagai permasalahan pendidikan.
Dalam hal infrastruktur, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Samarinda melaporkan bahwa ada 830 unit pendidikan dari tingkat PAUD hingga SMP.
“Sekitar seperempatnya adalah sekolah negeri, sementara sebagian besar lainnya adalah swasta, terutama PAUD, yang harus hadir di setiap RT. Namun, hanya 45 persen RT yang memiliki PAUD,” ungkapnya.
Selain itu, dirinya juga menambahkan masih adanya masalah sanitasi, ketersediaan air, toilet, dan drainase di sekolah juga menjadi perhatian, terutama di sekolah-sekolah yang rawan banjir.
(adv/DPRD Samarinda)