metroikn, SAMARINDA — Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemrov Kaltim) menaruh perhatian serius terhadap ancaman penyakit hepatitis yang bisa menular sejak masa kehamilan.
Melalui penguatan skrining bagi ibu hamil, upaya menciptakan generasi sehat dan bebas hepatitis kini dijalankan secara lebih sistematis dan luas.
Langkah ini tak hanya ditujukan untuk melindungi sang ibu, namun lebih jauh lagi menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk mencegah lahirnya generasi yang rentan terhadap penyakit kronis, terutama hepatitis B dan C yang berpotensi berkembang menjadi sirosis maupun kanker hati.
“Hepatitis bukan sekadar penyakit menular biasa. Jika tidak terdeteksi sejak dini, dampaknya bisa mengancam kehidupan anak yang belum lahir,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, Selasa (29/7/25).
Menurutnya, upaya deteksi dini pada ibu hamil merupakan kunci penting dalam memutus mata rantai penularan vertikal, yakni dari ibu ke bayi.
Data terakhir menunjukkan bahwa dari sekitar 55 ribu ibu hamil yang disaring di berbagai daerah di Kaltim, ditemukan lebih dari 1.190 kasus positif hepatitis B.
“Angka itu menunjukkan bahwa upaya skrining bukan hanya penting, tapi mendesak. Intervensi cepat sangat dibutuhkan agar bayi tidak ikut tertular,” tutur Jaya.
Selain menyasar ibu hamil, skrining hepatitis juga kini meluas ke kelompok berisiko lainnya seperti bayi baru lahir, tenaga kesehatan, pelajar, serta pasien HIV yang rentan mengalami ko-infeksi dengan hepatitis C. Pemeriksaan ini masuk dalam rangkaian layanan rutin di berbagai fasilitas kesehatan primer.
Tak berhenti di sana, Dinkes Kaltim juga menjadikan imunisasi hepatitis sebagai langkah proteksi lanjutan. Imunisasi hepatitis B telah dimasukkan dalam daftar imunisasi dasar wajib bagi anak-anak, untuk memastikan perlindungan jangka panjang sejak usia dini.
“Vaksinasi tetap menjadi benteng utama. Namun kami juga ingin memastikan bahwa kasus hepatitis bisa ditekan sejak awal, salah satunya dengan perluasan skrining,” jelasnya.
Jaya juga menegaskan bahwa karakteristik tiap jenis hepatitis berbeda, sehingga pendekatannya pun harus spesifik. Hepatitis A biasanya bisa sembuh total, sedangkan hepatitis B dan C lebih kompleks, berisiko menjadi kronis dan memerlukan penanganan jangka panjang.
Dengan target menjangkau 96,7 persen populasi sasaran untuk skrining hepatitis B dan C pada tahun ini, Pemerintah Provinsi Kaltim berkomitmen membangun pondasi kesehatan masyarakat sejak dalam kandungan.
“Investasi kesehatan terbaik adalah sejak dini, bahkan sebelum anak lahir. Itulah kenapa skrining ibu hamil menjadi titik awal penting dalam menciptakan generasi yang kuat dan terlindungi,” tutupnya.