Janji di Senja Marangkayu: Rendi Solihin dan Obat Rindu untuk Warga Perantauan

metroikn, MARANGKAYU – Suasana senja di Desa Keresik, Kecamatan Marangkayu, terasa berbeda pada sore itu. Langit yang mulai meredup dan angin sepoi-sepoi menyambut ribuan warga yang berkumpul di halaman Masjid At-Taqwa. Mereka datang bukan hanya untuk berbuka puasa bersama, tetapi juga untuk memenuhi janji yang telah lama ditunggu.

Di tengah keramaian, Fandi, seorang perantau asal Sulawesi Selatan berusia 34 tahun, berdiri di barisan depan. Meski telah menetap di Marangkayu hampir satu dekade, rasa rindu terhadap kampung halamannya di Sulawesi tak pernah hilang. “Kami sudah lama di sini, tapi tetap ada rindu yang tak bisa hilang,” ungkapnya dengan lirih.

Namun, sore itu, rindunya akhirnya terobati. Wakil Bupati Kutai Kartanegara, Rendi Solihin, menepati janjinya untuk membawa YouTuber terkenal asal Sulawesi, Ambo Nai, ke Marangkayu. “Saya pikir saya akan membawa Ambo Nai untuk syukuran, tapi ternyata Tuhan berkata lain. Syukuran ditunda dulu karena saya harus menuntaskan kewajiban di Marangkayu,” ujar Rendi, yang langsung disambut tawa dan tepuk tangan warga.

Wajah Fandi terlihat cerah. Di depannya, Ambo Nai dan tim Timur Kota Official menyapa warga dengan logat khas mereka, membuat banyak orang, khususnya perantau Sulawesi, merasa seperti berada di kampung halaman. “Terima kasih, Pak Wabup. Ini seperti mudik, meski kaki tetap di Kukar,” ujar Fandi sambil tertawa kecil.

Acara berbuka puasa yang bertajuk “Bukber Ya Tuh Disini: Bersenang-senang Bahagia Bareng di Bulan Penuh Berkah” ini lebih dari sekadar ajang silaturahmi. Sebelum berbuka, dai kondang Rudini Dai Pramuka memberikan tausiyah yang mengingatkan arti Ramadan sebagai bulan berbagi dan mempererat kebersamaan.

Rendi Solihin juga berbagi kabar penting. Ia mengumumkan bahwa ia akan cuti selama 20 hari untuk menghadapi Pemilihan Suara Ulang (PSU) Pilkada Kukar yang dijadwalkan pada 19 April 2025. “Insya Allah, saya kembali memimpin Kukar tanggal 16 April,” kata Rendi.

Namun, Rendi menegaskan bahwa kepemimpinan bukan hanya soal menang atau kalah dalam Pilkada. “Saya ingin masyarakat tahu, apa pun yang terjadi, saya akan selalu ada untuk mereka. Bukan hanya saat kampanye, tapi setiap saat, setiap waktu,” ungkapnya. Ia juga mengingatkan pentingnya kebersamaan di bulan Ramadan.

“Kita semua berasal dari latar belakang yang berbeda, tapi di bulan yang penuh berkah ini, kita disatukan oleh rasa syukur dan kebersamaan. Saya berharap, acara seperti ini bisa terus ada, tidak hanya di Ramadan, tetapi juga di momen-momen lainnya,” tambah Rendi.

Namun bagi Fandi dan warga lainnya, malam itu bukan tentang politik. Yang lebih penting bagi mereka adalah rasa kebersamaan yang tercipta. Di bulan penuh berkah ini, mereka tak hanya berbuka bersama, tetapi juga berbagi cerita, tawa, dan sedikit pelepas rindu akan kampung halaman yang jauh di seberang laut.

Saat adzan berkumandang, Fandi menatap piring nasinya dengan senyum. “Mungkin saya tak bisa mudik, tapi hari ini, kampung halaman yang datang ke saya,” katanya dengan penuh rasa syukur.