metroikn, Balikpapan – Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Balikpapan periode Juni 2024 tercatat menurun menjadi 0,07 persen.
Periode sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat IHK Kota Balikpapan sebesar 0,21 persen (mtm).
Kemudian, secara year to date pada bulan Juni 2024, inflasi Kota Balikpapan tercatat 1,50 (ytd). Secara tahunan, inflasi Balikpapan juga masih terjaga di level yang aman yaitu 3,00 persen (yoy) atau berada pada rentang inflasi 2,5+1 persen. Angka tahunan tersebut sedikit diatas inflasi gabungan 4 daerah di Kalimantan Timur, sebesar 2,99 persen (yoy).
Capaian inflasi bulan Juni yang terkendali di Kota Balikpapan didorong oleh normalisasi harga pangan dan biaya transportasi pasca-lebaran.
Berdasarkan rilis BPS tersebut, beberapa komoditas pangan yang mengalami inflasi tertinggi yaitu Sigaret Kretek Mesin (SKM), kangkung, angkutan udara, cabai rawit, cabai merah dan emas perhiasan.
Kenaikan harga pada SKM disebabkan oleh adanya kenaikan tarif cukai rokok. Inflasi pada komoditas pangan tersebut sejalan dengan meningkatnya permintaan di tengah pasokan yang terbatas.
Selain komoditas pangan, kenaikan tarif angkutan udara juga berkontribusi dalam mendorong inflasi dari kelompok transportasi. Hal tersebut didorong oleh peningkatan tarif angkutan udara pada periode liburan hari raya Idul Adha, terutama pada maskapai low-cost carrier.
Perhiasan emas juga mengalami kenaikan karena pengaruh kenaikan harga emas global.
Di sisi lain, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengalami deflasi secara bulanan dibanding bulan sebelumnya. IHK Kabupaten PPU pada bulan Juni 2024 tercatat sebesar -0,20 persen (mtm). Lebih rendah dibandingkan Mei 2024 yang mengalami inflasi sebesar 0,49 persen (mtm).
Secara year to date di bulan Juni 2024, inflasi PPU sebesar 1,83 (ytd). Merujuk rilis BPS, penyumbang terbesar deflasi di PPU bersumber dari Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau dengan andil sebesar -0,63 persen (mtm).
Berdasarkan komoditas, penyumbang deflasi tertingginya yaitu tomat, daging ayam ras, buncis, ikan tongkol/ikan ambu-ambu, sawi hijau. Penurunan harga daging ayam ras terjadi karena permintaan yang berkurang pada momen perayaan Idul Adha di bulan Juni 2024.
Tomat dan ikan tongkol/ikan ambu-ambu mengalami penurunan sejalan dengan peningkatan jumlah pasokan. Sementara itu, deflasi buncis dan sawi hijau disebabkan oleh peningkatan produksi serta pasokan yang melimpah karena masuknya musim panen.
Adapun inflasi tahunan di PPU tercatat sebesar 2,36 persen (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi gabungan 4 daerah di Kalimantan Timur sebesar 2,99 persen (yoy).
Ke depan, inflasi pada periode Juli perlu diwaspadai seiring dengan adanya intensitas curah hujan yang meningkat dan berpengaruh terhadap pergerakan pasokan beberapa komoditas hortikultura. Semisal, cabai rawit, cabai merah, sayuran, serta komoditas perikanan.
Bank Indonesia meyakini secara umum inflasi IHK 2024 di Kota Balikpapan dan Kabupaten PPU tetap terjaga dalam rentang target kendali. Terkait inflasi kelompok makanan saat ini memang masih di atas level sasaran yang diharapkan.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor musiman periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan curah hujan yang meningkat. Namun, tekanannya diprediksi akan berangsur menurun seiring peningkatan produksi akibat masuknya musim panen di wilayah penghasil dan dukungan sinergi TPID dan GNPIP di wilayah kerja Bank Indonesia Balikpapan.
Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan terus bersinergi melalui pelaksanaan high level meeting yang menghasilkan kesepakan untuk tindak lanjut. Kemudian mendorong pembentukan toko penyeimbang sebagaimana himbauan Pemerintah Provinsi.
Adapula Pelaksanaan gelar pangan murah dan operasi pasar secara intensif, serta Gerakan Tanam Cabai oleh Tim Penggerak PKK Kota Balikapapan dan masyarakat. Bank Indonesia senantiasa bersinergi dengan berbagai pihak melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) 2024 untuk menjaga tingkat inflasi pada rentang target inflasi nasional tahun 2024 yaitu sebesar 2,5 ± 1 persen.