Dispustakar PPU Tekankan Lima Pilar Literasi, Bukan Sekadar Soal Perpustakaan

metroikn, PENAJAM – Meningkatkan minat baca masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan keberadaan perpustakaan. Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispustakar) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Aswar Bakri, menegaskan bahwa terdapat lima pilar penting dalam membentuk budaya literasi yang kuat di tengah masyarakat.

“Yang pertama, tonggak utama adalah keluarga. Terutama orang tua, bagaimana mereka bisa menjadi role model bagi anak-anak dalam menumbuhkan minat baca,” ujar Aswar pada Kamis (17/4/2025).

Selain keluarga, lanjutnya, lingkungan sekitar juga memainkan peran besar dalam membentuk kebiasaan membaca. Lingkungan ini mencakup orang-orang terdekat maupun kondisi sosial yang memengaruhi perilaku literasi.

“Setelah itu, barulah perpustakaan hadir sebagai sarana yang memperkuat budaya literasi,” jelasnya.

Dua pilar lainnya adalah penerbit dan pemerintah. Penerbit, menurut Aswar, bertanggung jawab dalam menyediakan buku yang berkualitas dan beragam. Sementara itu, pemerintah berperan melalui penyusunan kebijakan strategis yang mendukung peningkatan literasi.

“Perpustakaan hanya satu dari lima pilar itu. Semuanya harus bergerak bersama agar budaya literasi dapat benar-benar terbentuk dan mengakar. Harus yakin, yakin seyakin-yakinnya,” tegasnya.

Aswar juga menyoroti keberhasilan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) yang telah dijalankan sejak 2018. Menurutnya, program ini telah membawa perpustakaan dari sekadar tempat membaca menjadi pusat pengembangan keterampilan dan pemahaman yang lebih luas.

“Literasi itu bukan cuma soal membaca buku, tapi juga bagaimana ilmu bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.

Sebagai implementasi nyata, Dispustakar PPU aktif menggali potensi lokal dan menyelenggarakan berbagai pelatihan bagi masyarakat. Di wilayah pesisir, misalnya, perpustakaan menjadi tempat pelatihan pengolahan hasil laut seperti pembuatan produk makanan berbasis seafood. Bahkan, permintaan ibu-ibu untuk belajar merangkai bunga turut direspons dengan menghadirkan pelatih khusus.

“Dari situ muncul nilai ekonomis. Masyarakat jadi bisa memanfaatkan literasi untuk meningkatkan kesejahteraan mereka,” tutup Aswar. (adv/metroikn)