metroikn, PENAJAM – Luasnya wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) menjadi tantangan tersendiri dalam pemerataan akses literasi. Namun, Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispustakar) PPU tak tinggal diam. Berbagai inovasi terus dilakukan agar semangat membaca tetap menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk di wilayah pelosok.
Sekretaris Dispustakar PPU, Aswar Bakri, mengakui masih ada wilayah-wilayah yang belum terjangkau layanan perpustakaan secara langsung.
“Kita tidak bisa tutup mata, memang masih ada daerah-daerah yang belum terjangkau layanan perpustakaan secara langsung,” ujarnya pada Kamis (17/4/2025).
Untuk mengatasi tantangan ini, Dispustakar PPU menerapkan strategi layanan berbasis mobilitas dan pemberdayaan komunitas. Salah satu andalannya adalah pengoperasian perpustakaan keliling dengan dua unit layanan—roda dua dan roda empat—yang menjangkau berbagai pelosok sesuai jadwal yang telah ditentukan.
“Petugas kami sudah terjadwal untuk turun langsung ke lapangan. Untuk wilayah yang masih bisa dilalui motor, kita gunakan unit roda dua. Sementara daerah yang bisa dijangkau dengan mobil akan dilayani oleh unit roda empat,” jelas Aswar.
Selain layanan keliling, Dispustakar juga fokus mendorong terbentuknya komunitas baca di tingkat desa. Upaya ini diwujudkan melalui pengembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM), kedai baca, dan ruang baca mandiri yang dikelola oleh masyarakat.
“Inisiasi ini kita dorong melalui bidang pengembangan TBM. Bahkan, masyarakat juga terlibat dalam penyediaan stok buku. Kami dari dinas hadir untuk mendukung melalui program seperti silang layan, di mana buku-buku ditukar secara berkala agar tetap menarik minat pembaca,” tambahnya.
Buah dari kerja keras ini mulai terlihat. Salah satu contohnya adalah Desa Sesulu yang berhasil meraih juara dua dalam lomba pengelolaan perpustakaan tingkat Provinsi Kalimantan Timur.
Menurut Aswar, capaian tersebut membuktikan bahwa literasi bisa tumbuh subur di desa jika ada kolaborasi kuat antara pemerintah dan masyarakat.
“Kami sadar, Dinas Perpustakaan tidak bisa bekerja sendiri. Kolaborasi adalah kunci. Komunitas dan warga desa adalah mitra strategis kami dalam menyebarluaskan budaya baca,” tutupnya. (adv/metroikn)